Sunday, October 15, 2017

MAKALAH PELUANG PENGOLAHAN COKLAT


LogoUndipWarna (2)  
PELUANG PENGOLAHAN COKLAT

LAPORAN
Disusun Guna Memenuhi Penilaian Tugas Kuliah
Mata Kuliah Penulisan Laporan
Diploma III Administrasi Perkantoran


Disusun Oleh :

Betty Nugrahanti Mawengku
140204130600045




PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
 UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
LATAR BELAKANG

Coklat adalah suatu sistem pangan dengan fase diskontinyu berupa lemak kakao tetapi kadang-kadang bisa juga dicampur dengan jenis-jenis lemak lain serta fase diskontinyu berupa padatanyang terdiri dari gula, kakao dan susu bubuk.

Konsumsi cokelat dunia masih didominasi oleh Negara-negara besar seperti AS, Rusia, Jerman Barat, Inggris dan Prancis. Dari kelima negara tersebut, pertumbuhan konsumsi di Rusia, AS dan Prancis masih cukup tinggi dibandingkan dengan dua negara lainnya. Sementara itu, konsumsi biji kakao didalam negeri terutama diserap oleh industri kakao olahan untuk dijadikan kakao bubuk, kakao mentega dan kakao dalam bentuk makanan. Bahan baku yang digunakan oleh industri kakao olahan pada umumnya sebagian merupakan biji kakao yang bermutu rendah yang diperoleh khususnya dari perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat.

Masih sedikit perusahaan dalam negeri yang memproses kakao menjadi cokelat. CV.ANUGERAH MULIA adalah salah satu perusahaan yang memproduksi cokelat di Indonesia, dimana kualitas cokelat racikannya tidak kalah bersaing dengan yang asal Eropa, yang terkenalsangat nikmat. Cokelat ini memakai label Cokelat Monggo, dimana nama itu sengaja dipilih karena gampang diingat dan sangat familiar untuk masyarakat Indonesia.

Sebagian besar pencinta cokelat selalu mencari cokelat yang berkualitas untuk dikonsumsi. Kualitas cokelat ditentukan berdasarkan persentasi kakao dan lemak kakao yang digunakan, cokelat dengan kualitas yang baik akan meleleh di mulut dan memberikan 13 kenikmatan tersendiri bagi penikmat cokelat. Sebagai souvenir khas Yogyakarta, Chocolate Monggo berusaha memberikan rasa yang sangat tradisional sebagai ciri khas Chocolate Monggo dengan kualitas cokelat yang tinggi.

Hal ini dibuktikan oleh Chocolate Monggo dengan bahan dasar pembuatan cokelat yang mengandung kakao 58% dan tanpa bahan pengawet. Rasa yang tradisional pada Chocolate Monggo dipengaruhi oleh kandungan jahe yang dicampurkan ke dalam cokelat, jahe tersebut dimanfaatkan sebagai pengawet alami Chocolate Monggo. Hal inilah yang menyebabkan sifat Chocolate Monggo sangat mudah meleleh. Sebagai perusahaan yang bersaing dalam bisnis souvenir internasional, CV. Anugerah Mulia dituntut untuk dapat memperkenalkan produknya kepada konsumen.

Oleh karena itu walaupun rasa yang sangat mendasar dan mutu yang tinggi pada Chocolate Monggo namun pada kenyataannya tampilan cokelat yang telah dipasarkan saat ini tidak dapat menunjukan ciri tersendiri akan keunikan daerah Jawa Tengah kepada konsumen. Menghadapi masalah tersebut, maka CV. Anugerah Mulia memerlukan sebuah terobosan baru akan tampilan cokelat yang lebih menarik untuk dijadikan souvenir berciri khas daerah Jawa Tengah.






















MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Mendapatkan tujuan untuk menyederhanakan dan mengarahkan penelitian serta membatasi masalah di perusahaan CV. Anugerah Mulia yang bersifat kompleks agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan ruang lingkup pembahasan menjadi jelas dan tepat. Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
·         Responden untuk pengumpulan polling adalah turis asing yang datang ke Yogyakata, hal ini dikarenakan 15 fokus penjualan cokelat tersebut adalah sebagai souvenir cokelat export dan pusat penjualan Chocolate Monggo berada di Yogyakarta.
·         Pertimbangan bahan baku pembuatan cokelat yang mengandung kakao dengan persentasi yang tinggi sehingga sifat cokelatnya gampang meleleh.
·         Variasi Chocolate Monggo yang dilakukan berdasarkan ide kreatif.

Permasalahan yang muncul adalah keberadaan bentuk tampilan cokelat yang telah dipasarkan saat ini tidak dapat menunjukan ciri tersendiri dari keunikan daerah Jawa Tengah kepada konsumen luar, walaupun dari sisi packaging yang ada telah memiliki 3 icon pilihan Chocolate Monggo (Becak, semar, dan borobudur). Oleh karena itu lewat permasalahan yang ada, peneliti mambangkitkan beberapa alternatif yang dapat dijadikan bentuk cetakan Chocolate Monggo yang berciri khas daerah Jawa Tengah. Berdasarkan polling kepada responden (turis asing).











PUSTAKA

Sejak tahun 2005, Cokelat Monggo hadir sebagai salah satu ikon wisata kuliner Yogyakarta. Kekhasannya mampu disandingkan dengan ikon kuliner Yogya yang lain, yaitu Gudeg dan Bakpia. Hal itu pun disampaikan oleh Edward Riando Picasauw, pemilik Monggo Group. Menurut Edo, panggilan akrab pendiri Monggo Group ini, Cokelat Monggo hadir dengan mengedepankan konsep kebudayaan Jawa khususnya Yogyakarta. Terlebih saat ini pabrik dan toko Cokelat Monggo terletak di Kotagede, yang notabene salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta. Dimana di Kotagede adalah pusat pemerintahan Kerajaan Mataram pertama. "Salah satu tujuan kita adalah ingin menambah ikon Kotagede yang telah dikenal lebih dahulu sebagai pusat perak. Saya ingin jika orang datang ke Kotagede, selain mencari perak juga akan mencari cokelat produk kita," ujar Edo.

Awal lahirnya Cokelat Monggo berawal dari kerjasama antara Edo dan temannya yang ahli cokelat dari Belgia, Thierry ingin membuat produk cokelat yang berkualitas di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia, bahkan masuk dalam jajaran 3 besar. Dari kerjasama itulah, kemudian lahir Cokelat Monggo. Dulu namanya adalah Kakaomania, tetapi karena terganjal ijin maka kita harus ganti nama. Lalu tiba-tiba tercetuslah nama Monggo. Karena nama ini sangat mencerminkan budaya Jawa.

Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang berarti "silahkan". Kata tersebut sering sekali digunakan oleh orang-orang Yogya untuk menyambut tamu atau mempersilhkan orang masuk ke rumah seseorang. Namun lebih dari itu, kata "Monggo" seperti sudah menjadi ikon budaya Jawa. Sehingga nama itulah yang dipilih untuk menamai produk cokelat milik Edo dan Thierry, karena sesuai dengan konsep yang ingin mereka tawarkan.

Saat ini, produk Cokelat Monggo sudah banyak ditemui di pasaran, khususnya di Yogyakarta. Namun tak terbatas hanya di Yogya, Cokelat Monggo juga sudah mulai dipasarkan di daerah Jawa dan Bali.


Jenis-Jenis Cokelat :

1.      Couvert ure adalah jenis cokelat terbaik. Cokelat ini murni dengan persentase lemak kakaonya yang tinggi, sehingga menghasilkan flavor yang sangat baik. Biasanyadigunakan untuk pembuatan produk cokelat buatan tangan. Sebelum digunakan, cokelat jenis ini melalui proses temper (dilelehkan) terlebih dahulu.
2.      Coklat Tawar: Cokelat jenis ini baik digunakan untuk kue, dan aneka makanan ringanlainnya. Persentase massa kakao bervariasi, antara 30-70 persen. Semakin tinggikonsentrasi massa kakao, semakin baik flavor-nya.
3.      Coklat Susu: Jenis cokelat yang satu ini merupakan campuran gula, kakao, cokelat cair,susu, dan vanila. Cokelat jenis ini paling banyak dikonsumsi. Massa kakaonya cukuprendah, hanya 20 persen dan rasanya lebih manis dibandingkan cokelat tawar. Cokelatsatu ini pasti disukai anak-anak karena bisa langsung disantap dengan rasa yang manis.Kandungan susunya membuat rasa menjadi lebih lembut. Jika Anda hendak membuatkue, cokelat jenis ini bukanlah pilihan yang baik. Selain kandungan cokelatnya relatif sedikit, cokelat ini mudah hangus bila dilelehkan.
4.      Coklat Putih: Cokelat yang umumnya berwarna putih ini tidak mengandung massa kakao yang tinggi. Selain dikonsumsi langsung, cokelat putih kerap digunakan untuk dekorasi. Cokelat ini terbuat dari lemak cokelat, gula, dan vanili yang tidak mengandung cokelat padat. Karena mudah hangus, ada baiknya dimasak secara hati-hati.
5.      Kakao: Produk cokelat satu ini terbuat dari massa kakao setelah lemak kakaonya dipisahkan. Produk ini sangat mudah diolah dan ekonomis.
6.      Coklat Cair: Cokelat cair merupakan produk minuman yang mengandung massa kakaodan mengandung kadar gula tinggi.

Produk – Produk yang dijual :

Macam –macam rasa ( 40 gram ) :
·         Praline – krim kacang mete
·         Caramello – krim karamel
·         Dark 58 % kakao
·         Stroberi
·         Durian
·         Cokelat susu – 41 % kakao
·         Mangga
·         Marzipan

Macam – macam rasa (80 gram)
o   Kacang mete organik
o   Orange peel
o   Macamadia
o   Jahe
o   Dark tablet – 58 % kakao
o   Dark 69 % kakao
o   Cokelat susu – 41 % kakao
o   Mangga
o   Red chili















ANALISIS

Hasil analisis dan interpretasi data hasil riset pasar adalah sebagai berikut:

A.    Potensi pasar cukup besar karena 69,35% responden setuju jika cokelat dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta.

B.     Hasil analisis pasar adalah sebagai berikut:
·         Target konsumen untuk produk cokelat praline ini adalah kaum remaja hingga dewasa tua.
·         Menjual produk cokelatnya di Minimarket, Supermarket dan Pusat Oleh-Oleh.
·         Mampu membuat cokelat yang berbeda dan unik sehingga tidak terkesan umum.

C.     Hasil analisis produk adalah sebagai berikut:
ü  Konsumen menyukai cokelat dengan rasa yang khas untuk oleh-oleh khas Jogja.
ü  Kisaran harga cokelat pasaran yang diketahui konsumen adalah Rp 15.000,00 keatas sampai Rp 100.000,00.an.
ü  Konsumen menyukai cokelat dengan bentuk Tugu Jogja, Tokoh Wayang dan Batik untuk oleh-oleh khas Jogja.
ü   Konsumen menyukai cokelat dengan desain kemasan Batik, Tugu Jogja, Tokoh Wayang dan Keraton Jogja.

D.    Hasil analisis tren adalah sebagai berikut:
o   Semakin tinggi status seseorang, semakin tinggi kecenderungan untuk membeli oleh-oleh di pusat oleh-oleh.
o   Semakin tinggi pendapatan seseorang, pilihan terhadap rasa sebagai faktor terpenting dalam membeli cokelat juga meningkat.
o   Pendapatan yang semakin meningkat menunjukkan peningkatan persetujuan terhadap pernyataan “setuju jika cokelat dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta”.
o   Sebanyak 40% responden di pusat oleh-oleh tidak menyetujui jika cokelat dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta karena kesannya umum.
o   Sebanyak 50% responden di pusat oleh-oleh memilih “rasa” sebagai faktor terpenting dalam membeli cokelat dan 50% lainnya memilih “harga”.
o   Sebanyak 93% kaum wanita sering membeli oleh-oleh dan 84% kaum pria menyatakan hal yang sama.
o   Sebanyak 67% kaum wanita berusia 36-41 tahun dan 56% wanita berusia 42-45 tahun menjawab bahwa mereka sering membeli oleh-oleh ditempat wisata.
o   Kenaikan status diikuti dengan turunnya minat untuk mencoba cokelat rasa kopi.

E.     Hasil analisis similaritas adalah sebagai berikut:
·         Baik remaja, anak muda ataupun dewasa sering membeli oleh-oleh jika mengunjungi suatu tempat.
·         Baik orang Yogyakarta atau orang luar Yogyakarta setuju jika cokelat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Jogja.
·         Baik laki-laki maupun perempuan memilih “rasa” sebagai faktor terpenting dalam membeli cokelat.

F.      Hasil analisis kontradiksi menunjukkan bahwa sebanyak 198 responden menulis alasan membeli cokelat adalah untuk dikonsumsi, namun terdapat satu orang responden yang menulis alasan membeli cokelat adalah untuk barang dagangan.












                                                                KESIMPULAN                               

Dari usaha yang ditelusuri yaitu coklat monggo dari jogjakarta bahwa usaha yang di mulai sejak tahun  2005 telah berkembang sampai sekarang dengan citra rasa yang berbeda dan sama seperti kualitas cokelat luar negri, kemudian dengan hampir 100 staf yang berkerja dikantor yogyakarta dan jakarta. Produksi utama dilakukan di pabrik di kotagede, yogyakarta, dimana ditangan Edward Riando Picasauw atau edo kelezatan diciptakan. Cokelat monggo mendistribusikan ke kota-kota di seluruh jawa dan bali dan berencana untuk memperluas ke pulau-pulau lain di seluruh indonesia dalam waktu tidak terlalu lama. Cokelat monggo terus berkerja untuk mengembangkan produk – produk dengan menghargai yang ditawarkan indonesia untuk cokelat monggo.

Dengan latar belakang seperti itu ditambah pengetahuannya tentang pembuatan coklat olahan ia pun mulai memproduksi coklat monggo di yogyakarta dengan mesin dan peralatan sederhana lewat pengelolaan usaha yang professional, usaha yang dikembangkan oleh terry, ternyata cukup berhasil di pasar dalam negeri. Meski harus bersaing dengan produsen sejenis dari dalam negeri maupun cokelat impor, tapi cokelat monggo memiliki basis pasar yang sangat kuat dari dalam negeri maupun coklat impor, tapi monggo memiliki basis pasar yang kuat di beberapa daerah di dalam negeri.

Dalam pembuatan cokelat memanfaatkan bahan baku yang berkualitas tinggi yakni premium dark chocholate selain menggunakan bahan baku tersebut, juga memanfaatkan mentega cocoa murni. “ setiap varian produk mempunyai keunikan tersendiri dari citarasa asli bahan-bahan lokal yang merupakan kreasi dari ahli cokelat Belgia.







DAFTAR PUSTAKA

http://dwiemaya.blogspot.co.id/2012/08/makalah-cokelat-monggo.html

No comments:

Post a Comment